Tere Liye - Janji (Spoiler Alert)
Halo semuanya!
Di selasa malam yang pagi ini (jam 19.25), saya pengin cerita pengalaman baca Janji, buku dari penulis favorit saya, Tere Liye. Buku ini saya beli bulan lalu di Mal Kelapa Gading. Entah kenapa setiap liat buku Tere Liye merasa harus beli dan baca karena enggak pernah mengecewakan. Saya kenalan sama buku Tere Liye sejak SMP, waktu itu sempat minjem dari teman buku beliau yang judulnya "Ayahku (Bukan) Pembohong". Itu jadi novel pertama yang bikin saya nangis selama pengalaman membaca buku. Lanjut ke Janji.
"Kita semua adalah pengembara di dunia ini. Ada yang kaya, pun ada yang miskin. Ada yang terkenal, ternama, berkuasa, juga ada yang bukan siapa-siapa. Ada yang seolah bisa membeli apapun, melakukan apapun yang dia mau, hebat sekali. Ada yang bahkan bingung besok harus makan apa.
Tapi sesungguhnya di manakah kebahagiaan itu hinggap? Di manakah hakikat kehidupan itu tersembunyi? Apakah seperti yang kita lihat dari luar saja?
Inilah kisah tentang janji.
Kita semua adalah pengembara di dunia ini. Dari hari ke hari. Dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu kejadian ke kejadian lain. Terus mengembara. Dan kita pasti akan menggenapkan janji yang satu ini: mati."
Buku ini menceritakan perjalanan Baso, Hasan, dan Kaharuddin dalam amanat Buya (guru mereka) mencari Bahar. Ketiga anak berusia 18 tahun mencari pria berusia 60 tahun-an, pergi dari kota ke kota, mendengar kisah hidup Bahar dari setiap orang yang mereka temui.
Bahar yang terkenal nakal, sampai kenakalannya membunuh temannya sendiri pun bisa menjalankan hari penghakiman dengan bahagia. Seperti dikasih paham, mau sejahat seberdosa apapun manusia, enggak ada yang pernah tahu amalan mana yang akan membantu kita di akhirat.
Saya sadar ini cerita fiksi, cerita karangan Tere Liye yang beliau sendiri belum pernah rasakan (Akhirat). Tapi ada rasa nyaman ketika membaca buku tersebut yang bikin saya jadi merefleksi diri sendiri.
Apakah amalan yang pernah saya lakukan bisa menjadi bekal saya di akhirat? Apa saya ikhlas melakukannya? Jadi keinget shalat yang suka terburu-buru, padahal itu waktu terbaik untuk bercakap sama Allah. Apatis sama tetangga, enggak sabar ketika menghadapi masalah, mau nolong orang lain kebanyakan mikir, dan sederet lainnya.
Hidup itu penuh konflik, sebagai manusia kita selalu mencari bahagia, tapi bahagia dunia itu enggak bisa didapat kalau kita enggak mendapatkan makna dari apa yang kita kerjakan. Yang paling penting, apa yang kita kerjakan semestinya bisa membawa manfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Lima janji Bahar pada Buya jadi bagian paling berkesan untuk saya. Janji yang dibawa sampai kematian, yang bagi saya berat dijalankan, tapi kayak ditarik untuk sadar memang ini bagaimana seharusnya seorang manusia bertindak untuk dirinya sendiri dan orang lain.
"Pertama, selalu hormati dan bantu tetanggamu.
Kedua, selalu lindungi yang lemah dan teraniaya.
Ketiga, senantiasa jujur dan tidak pernah mencuri.
Keempat, bersabarlah atas apa pun ujianmu.
Kelimat, bersedekah, bersedekah, dan bersedakhlah."
Mati itu pasti, apa kita udah mempersiapkan diri?
Salam,
Adina
Comments
Post a Comment