Bulan Agustus 2022

Tentang manusia yang saya enggak pernah sangka bisa didekatkan, awal pertemuan di Bulan Agustus 2022

Kelana bulan Agustus setelah kandas di bulan Juni mempertemukan saya dengan si Mas. Ini masuk ke dalam edisi 3 takdir Tuhan yang paling saya syukuri (walaupun memang wajibun bersyukur atas banyak hal). Salah satu evolusi paling berguna dalam dunia teknologi, pesan singkat mengawali obrolan kami yang terasa hangat. Entah karena kami sama-sama merasa kesepian, sama-sama lelah mencari, atau sekedar bosan dengan suasana hati. 

Awal percakapan terasa begitu menyenangkan. Serasa dipertemukan dengan orang yang sudah saya kenal lama. Tidak ada jeda, seakan percakapan kami hanya memiliki koma. Menutup obrolan rasanya hanya formalitas agar ada percakapan esok hari. "Terima kasih untuk hari ini", "Sampai ketemu besok", "Selamat pagi". Rutinitas yang tak saya sangka tak pernah saya sesali dan ingin terus jalani.

Akhir Agustus, kami memutuskan bertemu. Saat saya kebetulan bertugas satu daerah dengan tempat Mas tinggal. Saya biarkan Mas mengenalkan dunianya. Percetakan, nasi uduk, distro, terminal, kampus, kopi, SMK, minimarket, banyak. Banyak sampai tak bisa diselesaikan dalam satu hari. Butuh pertemuan berikutnya.

Helm, barang yang tak pernah saya miliki sebelumnya, berang pertama yang Mas usahakan. Perjalanan panjang malam hari menuju rumah, dilindungi helm baru di hari pertama berusia baru. Banyak tawa di antara kami, saya sadar percakapan kami bukan hanya basa basi. Buat saya bertanya, kenapa saya? Kenapa kita? 

Mencuri Raden Saleh, saya kira 2x cukup. Tapi yang ke-3 ternyata jawaban. Kami kelilingi Jakarta, mengisi perut yang lapar. Nasi goreng - tidak pedas, bihun goreng - nggak pakai sayur - nggak pakai acar - telur dadar - pedas, panjang ya? Menu yang ternyata menemani malam-malam kami berikutnya.

Sedikit takut ada. Persepsi atas banyak hal yang belum sempat saya komunikasikan. Doa saya saat itu, semoga bisa didengar sebelum tak ada lagi kesempatan. Museum Gajah dan perjalanan ke Utara. Cerita-cerita panjang karena asiknya bicara.

Pertemuan ke-sekian, bertamu pada acara pasangan baru. Setelahnya, kali pertama saya bertamu ke rumah Mas. Jalan pulang, hanya senyum dan senang yang bisa saya rasakan. Ternyata ini rasanya diterima atas diri saya dan cerita saya. Baik sekali Tuhan atas Mas dan keluarganya.

Pertemuan ke-sekian, Qodrat dan perkenalan dunia saya. SMA, jalan panjang, nasi goreng, ayah, kantor, pinggir tol, kampus. Ini dunia saya. Tidak banyak, semoga berkenan. Pertemuan ke-sekian, Cek Toko Sebelah dan janji di kedai kopi. Pertemuan ke-sekian dan ke-sekian, jari-jari dua tangan, jari-jari dua kaki (haha), lebih dari itu. Kata orang sedang jatuh cinta: jarak tidak berarti. Nyatanya memang terbukti? (tjie, koyo 10 biji). 


Rasa kecewa terkadang hadir, tapi kami percaya hanya sekedar mampir

Dari Mas saya memahami kesabaran hati yang begituuu luuuuaaasss

Menjalani realita adalah pilihan paling realistis di antara minimnya pilihan

Sedikit bertanya, sedikit penyesalan

Menjadi kuat satu-satunya pilihan

Tertawa memiliki arti ganda

Tapi bahagia semoga selalu jadi yang utama

Ketika lelah, berhenti sejenak

Ketika marah, mencoba melunak

Pergi mengadu di hamparan sejadah yang luas

Dengan hati semoga ikhlas


Kalau Tuhan berkenan

Doa saya Mas selalu diberi kebahagiaan

Atas hidup dan pilihan

Atas tertundanya impian dan keinginan

Atas kami yang masih panjang perjalanan

Semoga Tuhan berkenan



Jakarta, 19 April 2023

Comments

Popular posts from this blog

Cerita #1

Memaknai Kuliah S1 Desain