Inikah namanya cinta.... // Layla Majnun - 2021 (Spoiler Alert)

Halo semuanya!

Setelah seharian berkutat sama kerjaan, sore tadi saya memutuskan untuk nonton Layla Majnun di Netflix. Awalnya tergoda karena nama Layla Majunin ini pernah bersinggungan dengan Buya Hamka (saya lagi baca bigorafi beliau, mungkin akan ada reviewnya di blog). Film Layla Majnun garapan Monty Tiwa dan tim ini diadaptasi dari karya Nizami Ganjavi, sastrawan muslim Azerbaijan abad ke-12. Saya pribadi belum baca novelnya, tapi setelah nonton ini jadi tertarik untuk baca.

Cerita Layla Majnun digambarkan dengan sederhana tapi begitu dalam dengan persoalan pelik yang dalam realita memang enggak bisa diselesaikan hanya dengan bilang "Iya atau enggak". Dimulai dari bagaimana Layla Mashabi (Acha Septriasa) wanita kelahiran desa di Semarang dengan wawasannya yang luas percaya bahwa setiap wanita bisa memilih jodohnya masing-masing. Saya enggak menampik gimana di daerah-daerah Indonesia perjodohan seperti yang dialami Layla masih lazim dilakukan. 

Pada akhirnya, wanita semandiri Layla pun masih dimanfaatkan sama keadaan. Layla dijodohkan dengan Ibnu (Baim Wong), calon Bupati dan anak dari keluarga yang telah melunasi hutang dan membiayai pendidikan Layla. Dari awal saya enggak menganggap Ibnu tulus mencintai Layla, walaupun ya mungkin ada sedikit ketulusan dia untuk bersama Layla, tapi keinginan dia memanfaatkan profil Layla sebagai wanita cerdas dan mandiri untuk dapat dibanggakan menjadi istri Bupati lebih besar. Karena keadaan, Layla dengan ikhlas mau merencakan pernikahan dengan Ibnu. Bukan karena cinta, Layla sendiri yang pernah bilang menikah itu enggak harus saling mencintai.

Beruntungnya, kesempatan Layla pergi ke Azerbaijan bukan cuma sebagai kesempatan aktualisasi diri tapi juga menemukan cinta sejati. Layla bertemu Samir (Reza Rahardian), lelaki asal Azerbaijan yang ternyata membuat Layla berkesempatan datang ke sana sebagai dosen tamu selama dua minggu. Walaupun semua terjadi dalam waktu yang singkat, saya bisa merasakan bagaimana rasa cinta antara Layla dan Samir berkembang dari waktu ke waktu. 

Mengingat status Layla, selalu ada kekhawatiran kalau Layla dan Samir enggak akan bisa bersama, pun kalau bersama pasti akhirnya ada yang mati. Saya ikut ngerasain gimana frustasinya Layla harus balik ke Indonesia hidup berdampingan sama laki-laki yang enggak mencintai dia sama sekali sebagai seorang wanita. Samir juga hilang akal setelah ditinggal Layla.

Tapi namanya orang udah cinta mati, rasanya kalau enggak bisa bareng ya mending hidup sendiri patah hati seumur hidup. Saya jadi ngebayangin gimana rasanya dicintai secara dalam sama seseorang, karena Samir ternyata datang ke Indonesia untuk menemui Layla. 

Layla akhirnya berani ambil keputusan dan memilih pergi bersama Samir. Ketika ketahuan Ibnu, Layla dan Samir dibuang ke sungai dengan kaki dan tangan terikat ke batu. Itu aja udah cukup jadi akhir yang bisa diterima sebagai penikmat film dan drama romance. Tapi ternyata Ibu Layla yang menyimpan keris peninggalan Bapak Layla datang menyelamatkan mereka. 

Karena cinta Samir, Layla bisa keluar dari lingkaran setan hubungan keluarganya dengan keluarga Ibnu (calon suami gagal). Lewat kartu pos yang dikirimkan ke Ibunya, digambarkan Layla dan Samir telah berkeluarga menetap di Azerbaijan dan memiliki satu anak. 

Akhir yang bener-bener keren dan bikin puas. Kematian paman Layla yang enggak sengaja ketembak Ibnu juga menurut saya cerdas, gimana penonton udah dendam sama tabiat pamannya, kalau ada orang yang harus disalahkan dari rentetan kesedihan Layla dan Ibunya, ya Pamannya. 

Jadi gitu deh teman-teman cerita Layla dan Samir. Kalau ada yang cari hiburan, pengin nonton yang romantis, nonton ini aja gengs, dijamin enggak kecewa. Akting Acha Septriasa dan Reza Rahardian udah t o p b g t. Saya sampai beneran ikut ngerasa greget setengah mati, frustasi, kadang juga merinding, tapi juga bahagia dan malu-malu sendiri sama godaan Samir yang santun ke Layla. 

Satu sih, yang bikin penasaran, apa alasan karakter Layla dibuat sebagai orang Semarang?

Sekian cerita hari ini.

Salam,
Adina

Comments

Popular posts from this blog

Cerita #1

Memaknai Kuliah S1 Desain

Bulan Agustus 2022