Memaknai Kuliah S1 Desain

Halo semuanya!

Sekarang pukul 23.14 WIB, agaknya udah tiga jam Jakarta diguyur hujan. Hari ini cukup ramai, baik pikiran saya maupun lingkungan fisik, hehehe. Sore tadi sekitar pukul 16.00 WIB, Banten mengalami gempa dengan kekuatan magnitudo 6, alhasil daerah-daerah sekitarnya juga ikut merasakan. Alhamdulillah tidak berpotensi tsunami dan tidak ada gempa susulan.

Menjelang tengah malam ini, saya ingin menuliskan rasanya jadi sarjana. Kilas balik dikit, saya masuk kuliah Agutus 2017 dan menyelesaikan pendidikan pada Januari 2021, namun secara resmi lulus dari kampus pada Juli 2021. 

Awalnya saya menjalankan kuliah karena tanggung jawab sebagai anak. Bagi saya kuliah adalah hal biasa yang harus saya jalani sebagai bagian dari keluarga yang hampir semuanya merupakan lulusan universitas. Tujuan saya adalah mengikuti arahan orang tua menyelesaikan studi dan lulus tepat waktu. Kendati begitu, saya menyadari enggak semua orang punya kesempatan seperti saya. Melanjutkan ke bangku kuliah, hingga enggak keterima di negeri bisa melanjutkan ke swasta. 

Perjalanan pendidikan pasti tidak pernah mudah. Saya banyak mempertanyakan keputusan mengambil kuliah jurusan desain. Mulai dari mempertanyakan potensi diri yang sebenarnya enggak cinta-cinta banget menggambar, hingga mempertanyakan apa gunanya seorang desainer dan kenapa harus berpendidikan tinggi.

Ada fase ketika saya merasa kuliah desain buang-buang waktu. Harusnya saya belajar jadi jurnalis, atau sastra bahasa asing, atau sistem informatika, atau komunikasi untuk memperbaiki cara komunikasi saya yang acak adut. Kadang tenggelam dalam pemikiran sendiri emang fatal.

Tapi saya menyadari, toh akan tetap menghadapi kesulitan di jurusan manapun yang akan diambil. Desain adalah jurusan yang dari dulu saya kira saya mau, dan orang tua saya yang menyetujui pasti memiliki alasannya tersendiri. Jadi kenapa saya terlalu enggak percaya diri untuk menjalankan pendidikan.

Apakah saya menikmati kuliah desain? 

Saya mengambil Interaktif Desain ketika penjurusan. Sejujurnya saya ambil jurusan ini karena melihat enggak dibutuhkan skill gambar mumpuni untuk bertahan, karena dari yang saya pelajari waktu itu, jurusan ini banyak melakukan riset dan perencanaan wkwkwk. Saya juga inget waktu itu abis nonton Strongest Deliveryman, ada scene mereka coba buat aplikasi pesan antar online, terus desainernya cewek hahaha. Besoknya pas lagi jalan ke Indomaret sama temen sekamar saya, saya bilang, "Gue ambil Interaktif Desain terinsipirasi dari drama", dia ketawa aja, keren amat katanya. Tapi seiring berjalannya waktu, saya mulai paham desain itu bukan cuma masalah jago gambar (walaupun kalau iya pasti akan jadi nilai + tersendiri), saya juga enggak mau terjebak di pemikiran enggak jago gambar enggak bisa desain.

Akhirnya saya menyadari, saya sangat menikmati prosesnya. 

Jurusan saya yang sedikit jumlah siswa per-tahunnya, tapi sebenarnya sangat menarik ini (bagi saya hehe), fokus pada dua lingkup utama, yaitu Game design; belajar membuat karakter, story-line, level, gamificaiton, dsb dan UI/UX Design; belajar desain web-app, service design, Human Computer Interaction, dsb.

Selama kuliah saya bertemu dosen-dosen hebat dan canggih. Banyak ter-ekspos dengan perkembangan teknologi (AR/VR/3D/4D). Belajar dengan standar industri, contohnya seperti materi ajar yang yang diambil dari Interaction Foundation. Belajar produksi end-to-end game digital dan analog. Merasakan eksplorasi Human Computer Interaction, dan masih banyak lagi. (FYI yang sebenarnya TMI, masuk jurusan ini menumbuhkan impian saya jadi bagian dari teamLab atau minimal kerjasama dengan mereka, hahaha).

Kegiatan selama projek semester dan tugas-tugas membantu saya menemukan dinamika kerja. Belajar mengatur strategi kerja tim, budgeting, penentuan timeline kerja, menentukan desain yang kreatif dan fungsional; dan yang terpenting adalah melatih pola pikir hingga akhirnya dapat melakukan problem solving secara efisien sebagai seorang desainer (malah juga bermanfaat di kegiatan sehari-hari). Tentu saya masih jauh dari kata sempurna, banyak hal yang masih harus saya pelajari dan kembangkan. Tapi pengalaman selama kuliah menjadi awalan yang sangat menyenangkan. 

Terus, gimana rasanya menjadi sarjana? 

Senang, bahagia, sedih. 

Akhirnya setelah lulus dan merasakan dunia kerja hampir dua tahun, saya betul-betul menyadari kesempatan kuliah ini adalah privilese besar yang diberikan Tuhan melalui orang tua saya. Jadi perempuan dengan gelar dari pendidikan tinggi, kuliah bukan sekedar lulus. Prosesnya membentuk pola pikir, gaya hidup, etika kerja, dan ilmu yang saya miliki sekarang. Saya mensyukuri keputusan-keputusan yang saya ambil di masa lalu dan menyadari enggak ada yang benar-benar sia-sia dari apa yang telah kita jalani.

Cukup sedih karena sekarang beneran memasuki dunia nyata (ehe he he).

Terima kasih

Rasanya terlalu egois kalau menganggap pencapaian ini milik saya seorang, banyak orang-orang hebat yang menjadi bagian dari perjalanan studi saya. Jadi selain berterima kasih pada diri sendiri, S1 ini saya persembahkan untuk,

Orang tua; atas beasiswa lifetime-nya xixi, maafin saya enggak bisa dapet beasiswa, tapi untungnya lulus lebih cepet dari perkiraan. Ada saat dimana saya nangis di depan Ibu, merasa super sedih karena biaya kuliah DKV yang mahal harus ditambah perlatan-peralatannya yang mahal juga. Waktu itu Ibu peluk saya, Bapak saya bilang, "Mbak Nina lagi capek yaa,". Kadang saya emang cengeng. Ya lepas dari itu, setiap kebutuhan saya selalu diusahakan oleh mereka, terima kasiiih banyaaakkk.

Keluarga; Mbah-Nenek, Eyang, Adik-Adik, Tante-Om, Sodara-Sodara. Banyak yang ketika bertemu mendoakan, semoga lancar kuliahnya, memberi semangat. Mbah-Nenek yang suka tiba-tiba nelpon ketika saya tinggal sendiri. Adik-adik saya yang sabar kalau kadang laptopnya saya ambil alih karena butuh urgent, atau kena omel kalo saya lagi stres, bantu pijitin kalo pegel wkwkwk.

Teman-teman yang enggak bisa saya sebutkan satu persatu karena jatuhnya kayak buku presensi anak sekolah. Teman yang mau dengerin curhatan saya, begadang bareng, part-time bareng, organisasi bareng, ngajarin saya ini-itu, main bareng, kelompok bareng, susah seneng bareng, telat bareng, sampe bengong-bengong juga bareng.

Dosen; Semua dosen saya dari semester 1 - 7, Dosen Mata Kuliah, Dosen Pembimbing, Dosen Penguji, saya pasti belajar banyak dari setiap-setiap mereka. 

Orang-orang yang mau jadi narasumber/kerja sama dengan saya selama tugas kuliah; Bapak/Ibu expertise bidangnya masing-masing yang mau saya ganggu tanya-tanya, Koko developer game 3D, admin FSRD bantu bikin surat izin ini-itu, abang fotokopian yang selalu nerima cetakan tugas H-1, satpam kosan dan UMN yang suka salam-salam, Ibu warteg yang masakannya enak bikin saya anti-kelaperan, temen kerja, dan banyak lagiii.

Sekian refleksi kuliah S1 saya. Semoga kita semua diberi kemudahan dan keberkahan dalam menjalankan fase-fase kehidupan kita.



Salam,
Adina

Comments

Popular posts from this blog

Cerita #1

Bulan Agustus 2022