5,297 km Menuju Negeri Ginseng (Bagian I)

Halo semuanya!
안녕하세요 여러분!

Kali ini saya akan berbagi cerita tentang *drum roll* tur wisata ke Korea! Salah satu negara impian yang ingin saya kunjungi. Alhamdulillah tahun ini mendapat rejeki untuk berkunjung bersama ibu saya. Menggunakan jasa travel untuk liburan kali ini adalah pilihan kami, karena belum pernah ke Korea dan pastinya akan terjamin itinerary dan transportasinya. Jika berkesempatan, tentu nanti akan coba travel sendiri dan mencoba transportasi umum Korea. Apalagi buat saya yang suka banget mencoba transportasi umum.

(23 Juli) Pukul 23.45, menggunakan pesawat Asiana Airlines kami berangkat dari bandara Soekarno-Hatta menuju bandara Incheon dan menempuh perjalanan lebih kurang 7 jam. Di dalam pesawat mumpung ada TV saya manfaatkan untuk menonton Fabricated City yang dibintangi 지창욱 (Ji Chang-Wook), si abang yang lagi naik daun hehehe.

(24 Juli) Pukul 09.00 waktu Korea, kami mendarat di Incheon *Screaming inside* Kemudian ambil bagasi, menuju bus dan kami siap menjelajah Korea! Di dalam bus disambut oleh wanita cantik asli Korea, namanya 신새미 (Sin Shae Mi.) Beliau yang nantinya akan menjadi tour leader perjalanan kami. 신새미 씨 sangat fasih bahasa Indonesia karena pernah studi bahasa di Indonesia selama setahun.

Keluar bandara Incheon kami dibawa untuk menikmati makanan pertama kami, yaitu bulgogi. Setelah mengisi perut kami lanjutkan perjalanan menuju bandara Gimpo untuk terbang ke Jeju. Bandara Gimpo merupakan bandara lokal Korea, seperti bandara Halim. Sesampainya di Gimpo tiba-tiba alam memanggil saya, langsung deh saya cari toilet. Wuih pas masuk saya kaget, di sebelah WC-nya ada tombol-tombol dan semuanya pakai bahasa Korea, kebetulan waktu itu tombolnya tidak dilengkapi gambar. Alhasil berkat ke-sotoy-an saya air berhasil keluar.

Pukul 15.00 pesawat membawa kami terbang ke Jeju. Perjalanan lebih kurang 2 jam saya tempuh dengan mengisi energi. Mendarat di Jeju, tujuan pertama kami adalah Teddy Bear Safari Museum. Memang di Korea ada dua museum, satu terletak di Seoul dan satu lagi di Jeju. Tempat ini sangat cocok untuk teman-teman yang memiliki anak, adik kecil atau yang suka banget sama Teddy Bear. Koleksi boneka mereka lengkap dari berbagai negara dan yang terpenting buat yang hobi foto, banyak spot foto dimana kita bisa ber-pose sama Teddy Bear-nya. Kita juga bisa melihat proses pembuatan baju Teddy Bear yang akan dipakaikan saat nanti dijual di toko souvenir.

Berhubung kami datang cukup sore, museumnya tidak ramai jadi bisa puas deh berpelukan dan bersalaman sama teddy-teddy lucu, hihihi. Di luar museum ada tempat-tempat jajan mulai dari mini-mart, kedai es krim hingga restoran. Teddy Bear Safari Museum menjadi saksi pertama saya mencoba susu pisang yang lagi booming hahaha. Susu pisang dijual seharga 1.000 Won atau dalam rupiah sekitar Rp12.000,00.

Dari Teddy Bear Museum kami lanjutkan perjalanan ke Dragon Head Rock. Pas banget menikmati view yang disuguhkan dengan suasana sore hari, sambil disapu angin menghirup udara segar setalah duduk lebih dari 10 jam.

Setelah puas meng-imajinasi-kan batu tersebut adalah sebuah kepala naga, kami menuju tempat makan malam kemudian menuju losmen. Kamarnya persis seperti yang ada di drama-drama korea. Wah. I feel like Korean already. Ditambah acara TV yang hampir semuanya dari channel Korea dan tanpa subtitle! Yeay, selamat menebak-nebak mereka ngomong apa. Saya sempat ngikutin drama Reunited Worlds di sana. Kayak gitu aja udah bikin saya senang karena bisa nonton drama secara langsung tanpa streaming, hahaha. *dasar budak dunia*

FYI, barang-barang yang disediakan hotel seperti sabun, sampo, sandal, khusus di Korea tidak boleh dibawa pulang. Apalagi kasur ya teman-teman. Hotel juga tidak menyediakan sikat gigi dan hanya menyediakan satu handuk besar, sisanya handuk kecil. Menurut info 새미 씨 memang sudah tradisi orang Korea untuk meggunakan handuk kecil saja. Jadi yang tidak nyaman pakai handuk kecil bisa persiapan membawa yang besar. Di Korea juga nggak ada porter mulai dari bandara hingga hotel.

(25 Juli) Tujuan pertama adalah 성산일출봉 (Seongsan Sunrise Park.) Dari namanya saja sudah ketahuan view-nya akan bagus saat matahari terbit. Tapi, berhubung bangun sepagi matahari terbit tidak memungkinkan akhirnya kami berangkat pukul 09.00. Seongsan merupakan kawah yang terbentuk akibat aktivitas gunung berapi yang dulunya tidak menyatu dengan Pulau Jeju dan sekarang merupakan salah satu warisan dunia yang dilindungi.

Sampai di Seongsan saat masuk akan ada dua pilihan, belok ke kiri melihat pantai atau naik ke atas gunung dengan 800 anak tangga. Akhirnya saya belok ke kiri untuk melihat pantai. Di pantai tersebut terkenal banyak 해녀 (Haenyo - Panggilan untuk nenek-nenek penyelam di Jeju.) Sayang saat kami berkunjung mereka sedang tidak menyelam. Mereka memang tidak memiliki jadwal tetap, tapi hebatnya mereka terus bekerja setiap musim. Pekerjaan ini menjadi unik karena sudah jarang ditemukan. Generasi termudanya berusia 65 tahun dan yang paling tua 80 tahun.

Setelah puas melihat pantai, saya coba untuk naik ke atas. Berhubung cuaca Korea yang sedang terik-teriknya ditambah trek jalanan yang terus naik, alhasil saat naik ke atas keringat saya mengucur deras. Padahal saya tipe orang yang tidak mudah berkeringat. Serius lebih panas dari Jakarta. Tapi bagus juga untuk membakar lemak-lemak berlipat. Kalau berkunjung ke sini saat musim panas usahakan bawa baju ganti dan pakai kaos.

Setelah berpanas-panasan paling enak cooling down dengan yang seger-seger. Jeju terkenal dengan jeruk khasnya yaitu 한라봉 (Hallabong) yang diambil dari nama gunung di Jeju, 한라산 (Hallasan), gunung ke-3 tertinggi di Korea. Mereka menjual jus jeruknya dalam packaging yang lucu. Rasanya asam-manis bikin segeerr. Tempat ini juga menjadi tempat pertama saya mempraktek-kan bahasa Korea. Ceritanya ada Ibu satu grup tur ingin membeli kacamata tapi nggak tahu harganya. Terus saya berhasil pake kata magic buat teman-teman yang suka belanja yaitu "이거 얼마에요?" wuih ibu yang menjualnya mengerti, jawabnya 20.000 Won, hehehe.

Pemberhentian selanjutnya adalah 성읍민속마을 (Seongeup Folk Village.) Tempat rumah tradisional penduduk Jeju. Mereka dibiayai pemerintah untuk lebih kurang 500 rumah. Narasumber kami adalah ibu berusia 66 tahun yang keliatannya masih sehat bugar. Kami dibawa berkeliling komplek kemudian duduk di satu ruangan terbuka dan diceritikan bagaimana kehidupan asli orang Jeju.

Long story short, hidup orang Jeju dulu sangat keras. Pulau Jeju saat itu didominasi oleh wanita sehingga satu pria boleh menikahi hingga lima wanita. Wanita diharuskan bekerja keras mencari nafkah untuk anak dan suami mereka. Tapi sejak generasi narasumber kami, hal itu sudah dilarang. Letak Jeju yang dikelilingi laut menjadikan wanita memilih diving menjadi pekerjaan mereka. Menangkap ikan, abalon dan hasil laut lainnya. Nggak heran kenapa wanita Jeju itu keras dan kekar. Bahkan nenek-nenek pun masih memiliki postur tubuh yang baik.

Salah satu patung yang akan kita lihat di sekitar Pulau Jeju adalah Hareubang. Katanya kalau kita pegang hidungnya bisa dapat anak cowok, kalo kupingnya anak cewek. Tentu cerita patung ini nggak jauh dari harapan banyak wanita supaya bisa memiliki anak laki-laki.

Oh iya rumah tradisional Jeju juga nggak berpagar, karena di sana memang nggak ada pencuri maupun pengemis. Nah produk asli Jeju selain Hallabong, ada juga madu dan kalsium tulang kuda. Madunya bening dan tulang kudanya dalam bentuk sereal tapi lebih kecil, sebesar meses mungkin.

Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Cheonjiyeon Waterfall. Legenda tempat ini cukup mirip sama cerita Joko Tarup. Yang unik adalah airnya yang berwarna hijau kebiru-biru-an padahal di bawah air tersebut nggak ada apa-apa. Cuma batu-batuan. Lagi kami harus memanjat puluhan anak tangga, tapi semuanya worth it kok. Buat teman-teman yang gampang pagal-pegal silakan siap-siap koyo dan salep hehehe.

Setelah itu kami makan siang dan cau ke Nanta Show. Nanta Show sebenarnya memiliki beberapa teater yang tersebar di seluruh Korea. Awalnya saya sanksi bahwa Nanta Show akan lucu dan menarik. Tapi, saat teater sudah dimulai, mereka memang selucu dan semenarik itu! Membuat saya semakin kagum dengan industri kreatif Korea. Terlepas dari saya yang memang sering dibilang "humor receh," dijamin teman-teman semua akan tetap ngakak dengan lakon para pemain.

Pernah dengar kutipan, "Language is not a barrier"? Yap, walaupun tidak mengerti bahasanya, kita akan tetap bisa enjoy dan tertawa bersama. Hal unik lain dari Nanta Show adalah mereka mempersilakan para penonton untuk ke toilet sebelum acara dimulai, karena khawatir kalau bolak-bolik toilet nantinya akan mengganggu fokus pemain dan penonton. Kami juga disuruh berkenalan dengan teman duduk sebalah kanan dan kiri. Sayang waktu itu saya nggak duduk di sebelah oppa-oppa. #plak

Tapi teater Indonesia juga nggak kalah kerennya! Salah satu teater yang pernah saya tonton yaitu teater Koma. Sedih, senang, kaget, penasaran pokoknya campur aduk, kalau bisa nonton lagi wah saya bersedia nih. Semakin maju untuk teater di seluruh dunia!

Setelah puas memproduksi hormon endorfin (ketika anak IPS belagak IPA, hm), kami dibawa menikmati Samgyetang (sup ayam ginseng) yang disajikan dalam hot pot. Jadi nggak usah khawatir makanannya akan cepat dingin, tapi justru ini yang bikin khawatir! hahahaha. Lidah saya cukup terbakar makan samgyetang. Overall menu ini tetap enak karena kuahnya yang ringan juga ayamnya yang empuk langsung lepas dari tulangnya. Kalau kata kakak satu grup sih bukan bubur diayamin tapi ayam dibuburin.

Samgyetang memang ada dua versi. Versi 서울 (Seoul) ayamnya diisi dengan nasi sedangkan versi 제주 (Jeju) nasinya di luar ayam. Makanan ini dulu biasa disajikan saat musim panas untuk raja. Makan Samgyetang juga ada jadwal tersendiri loh. Lepas dari itu, menu ini cocok banget buat yang lagi pilek dan suka makanan panas.

Setelah mengisi perut kami lanjut ke Mysterious Road. Dimana mobil bisa jalan sendiri padahal itu adalah jalanan menanjak. Ceritanya dulu tahun 1967 saat Jeju sedang booming menjadi tempat honeymoon ada dua pasangan baru yang akan honeymoon di Jeju. Tapi terjadi sesuatu dengan mobil sewaan mereka, akhirnya mereka menyewa taksi untuk membawa mereka ke tempat-tempat yang bagus. Saat sampai di Mysterious Road, pengantin wanita minta turun karena view-nya yang bagus. Akhirnya turunlah suami beserta sopir taksi untuk membantu foto mereka. Tiba-tiba saat ditengok, mobil taksi sudah jalan sendiri padahal itu jalan menanjak. Orang-orang sampai nggak mau lewat jalan itu karena dianggap berhantu, beritanya-pun sempat masuk koran. Ternyata teman-teman terkuaklah rahasia Mysterious Road ini, untuk tahu kelanjutannya silakan main-main ke Korea ya! Hehehehe.

Mysterious Road menjadi penutup perjalanan kami hari itu. Juga cerita saya kali ini. Perjalanan di Korea akan saya lanjutkan di bagian ke-2, silakan dibaca ya teman-teman di post selanjutnya! Terima kasih telah berkunjung :).

Salam,
Adina

Comments

Popular posts from this blog

Cerita #1

Memaknai Kuliah S1 Desain

Bulan Agustus 2022